kimberlycartier.org – Sering merasa lelah setelah bangun tidur atau melakukan aktivitas ringan padahal tidur cukup dan makan teratur bisa menjadi alarm penting bagi tubuh. Keletihan yang tampak sederhana bisa jadi berakar dari beberapa faktor yang sering diabaikan.
Pertama, gangguan kualitas tidur meskipun durasi tercukupi: tidur yang sering terputus atau kondisi pernapasan seperti mendengkur dapat menurunkan fase tidur dalam yang penting untuk pemulihan sel.
Kedua, kelebihan paparan stres kronis yang memicu hormon kortisol terus‑menerus aktif sehingga tubuh terasa seperti berada dalam kondisi waspada terus‑menerus — hasilnya adalah penurunan energi dan konsentrasi.
Ketiga, kekurangan mikronutrien kunci seperti zat besi, vitamin B12, atau magnesium dapat menghambat proses pembentukan sel darah merah dan energi dalam mitokondria, yang kemudian terasa sebagai keletihan berlebihan.
Selain itu, konsumsi kafein atau gula berlebih bisa menciptakan lonjakan energi sesaat, namun diikuti oleh ‘crash’ yang memperparah rasa lelah.
Untuk mengatasinya, mulai dengan mengevaluasi pola tidur: buat rutinitas waktu tidur tetap, matikan gadget setidaknya 30 menit sebelum tidur, dan ciptakan suasana ruangan yang gelap dan tenang.
Kelola stres dengan teknik pernapasan dalam atau meditasi ringan selama 5‑10 menit setiap hari agar sistem saraf parasimpatis dapat aktif.
Perhatikan juga pola makan — pilih makanan yang kaya zat besi (daging merah tanpa lemak, bayam), vitamin B12 (ikan, telur) dan magnesium (kacang, biji‑bijian), dan hindari konsumsi kafein menjelang sore.
Jika setelah perubahan pola tersebut kelelahan masih terus‑menerus terjadi, maka langkah bijak adalah berkonsultasi ke tenaga kesehatan untuk pemeriksaan laboratorium lengkap.
Dengan demikian, keletihan tidak hanya dianggap sebagai ‘hal biasa’, tetapi diperlakukan sebagai sinyal tubuh yang perlu ditanggapi secara sadar dan sistematis.
